Powered By Blogger

Selasa, 15 November 2011

materi sufiks

Sufiks / akhiran

Sufiks -an

Sufiks –an pertama-tama berfungsi dalam bahasa Indonesia. 
A. Fungsi
Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena pengaruh beberapa bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat pula sufiks –an yang berfungsi membentuk kata sifat, nemun bentuk ini belum terlalu produktif.
B. Arti
Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti berikut:
1. Tempat
   Contoh: pangkalan, pegangan, tumpuan, hadapan, dan lain-lain.
2. Perkakas atau alat
   Contoh: ayunan, kurungan, timbangan, pikulan, dan lain-lain.
3. Hal atau cara
   Contoh: Didikan: dapat berarti hal mendidik atau cara mendidik.
                Balasan: hal membalas atau cara membalas.
4. Akibat atau hasil perbuatan
    Contoh: buatan, hukuman, balasan, karangan, dan lain-lain.
5. Sesuatu yang di... atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam kata dasar.
    Contoh: larangan, catatan, tumbuhan, makanan, pantangan, pakaian, karangan.
6. Seluruh atau himpunan
    Contoh: lautan, sayuran, daratan, kotoran, dan lain-lain.
7. Menyerupai atau tiruan dari
    Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, dan lain-lain.
8. Tiap-tiap
    Contoh: harian, bulanan, mingguan, tahunan, lusinan, dan lain-lain.
9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar
    Contoh: manisan, asinan, kuningan, lapangan.
10. Menyatakan intensitas baik mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas.
    Contoh: Mengenai kualitas: besaran, kecilan, tinggian.
                Mengenai kuantitas: buah-buahan, sayur-sayuran, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.


Sufiks -i
A. Bentuk
Tidak mengalami perubahan.
B. Fungsi
Sufiks –I berfungsi untuk membentuk kata kerja.
C. Arti
Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan suatu tempat atau arah     berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ). Karena objeknya itu menjadi tempat     berlangsungnya suatu peristiwa, maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada dalam     keadaan diam.
    Contoh: Kami menanyai mereka.
                Saya mengelilingi kota.
2. Kadang-kadang arti lokatif itu mendapat arti jhusus, yaitu memberi kepada atau menyebabkan     sesuatu jadi.
    Contoh: Menghargai jasa orang.
                Menyakiti hatinya.
                Menghormati orang tua.
3. Menyatakan intensitas, atau pekerjaan itu dilangsungkan berulang-ulang (frekuentatif), atau    pelakunya lebih dari satu orang.
    Contoh: Tentara itu menembaki benteng musuh.
                 Anak-anak itu melempari anjing itu.



Sufiks -kan
A. Bentuk
Bentuknya tidak berubah.
B. Fungsi
Sufiks – kan berfungsi untuk membentuk kata kerja.
C. Arti
Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan adalah:
a. Menyatakan kausatif. Pengertian kaudatif berarti membuat, menyebabkan sesuatu atau     menjadikan sesuatu.
    Contoh: menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan, mengemukakan, menyakitkan, dan     lain-lain.
b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat, atau membuat dengan.
    Contoh: menikamkan tombak, memukulkan tongkat.
c. Menyatakan beneaktif, atau membuat untuk orang lain.
    Contoh: membelikan, meminjamkan
d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata tugas akan.     
    Contoh: mengharapkan = mengharap akan
                sadarkan = sadar akan
Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu membentuk kata kerja. Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu perbedaan terutama dalam hubungan dengan objeknya. Hubungan antara kata kerja yang berakhiran –i  dengan objeknya adalah objek berada dalam keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan untuk sufiks – kan , objeknya berada dalam keadaan bergerak.
Contoh: Perhimpunan itu mendatangkan sebuah regu sepak bola.
             Kami sendiri mendatangi tempat itu.
             Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara kedua akhiran itu.


Sufiks -nya
Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nyaNya jenis pertama adalah kata gantiorang ketiga tunggal, baik dalam fungsinya sebagai pelaku atau pemilik. Dalam hal ini nya tidak berstatus akhiran. Nya yang kedua adalah –nya  yang berstatus akhiran.
Akhiran –nya mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata benda.
    Contoh: baik buruk nya, merajalela nya, timbul tenggelam nya.
b. Menjelaskan atau menekankan kata yang berasa di depannya.
    Contoh: Tamunya belum datang.
                Ambilah obatnya dan minumlah.
                Di rumah itu ada hantunya.
c. Menjelaskan situasi.
    Contoh: Ia belajar dengan rajinnya.
                Angin bertiup dengan kencangnya.
                Ia menyanyi dengan merdunya.
d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran –nya.
    Contoh: agaknya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya, dan lain-lain.



Sufiks -man, -wan, -wati
A. Bentuk
Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks –man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.
B. Arti
Arti ketiga sufiks ini adalah yang mempunyai.
Contoh: seniman             cendekiawan         seniwati
            budiman             karyawan              wartawan
            sukarelawan       gerilyawan             negarawan


Sufiks-Sufiks Asing
Selain dari akhiran-akhiran yang telah dibahas di halaman-halaman lain, masih banyak lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia bersama-sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya. Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran, ada yang masih dirasakan sebagai akhiran. Ada yang berfungsi untuk membentuk kata benda, ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja juga kata sifat.
Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang ingin mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang berusaha untuk mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dalam hal yang terakhir ini seringkali kita terbentuk pada perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan bentuk mana yang lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
ari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut beberapa: -isme, is, er, if, ir, il(akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan –al ), dan lain-lain. Contoh-contohnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-koran, buku-buku dan sebagainya.

Sabtu, 12 November 2011

materi catatan kaki/foot note

http://www.ziddu.com/download/17299401/Catatankaki.ppt.html


Definisi, Contoh & Membuat Catatan Kaki Foot Note - Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang apa itu catatan kaki atau foot note, Bagaimana cara membuatnya & seperti apa saja contohnya. Simak Uraian berikut ini.

I. Definisi & Pengertian Umum Catatan Kaki / Foot Note

Catatan kaki adalah keterangan yang dicantumkan pada margin bawah pada halaman buku. Catatan kaki biasanya dicetak dengan huruf lebih kecil daripada huruf di dalam teks guna menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok. Catatan kaki untuk artikel yang diambil dari internet, cantumkan nama pengarang, judul artikel, tuliskan online (dalam kurung) diikuti alamat situsnya, seperti http:/ www.ed.gov./... yang memudahkan pembaca untuk mengakses sumber tersebut.

II. Jenis & Contoh Catatan Kaki / Foot Note
Sekarang kita akan mempelajari pencantuman sumber kutipan pola konvensional. Cara pencantuman sumber kutipan dengan menggunakan pola konvensional, yaitu menggunakan catatan kaki atau foot note.

Perhatikan contoh penggunaan catatan kaki yang digunakan pada buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer karya Jujun Suriamiharja berikut! Perhatikan pula nomor pada teks dan keterangan sumbernya pada catatan kaki.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ilmu dan Moral

Penalaran otak orang itu luar biasa, demikian simpulan ilmuwan kerbau dalam makalahnya, namun mereka itu curang dan serakah ... .1) Adapun sebodoh-bodoh umat kerbau, sungguh menggelitik nurani kita. Benarkah bahwa makin cerdas maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi sebab moral mereka dilandasi analisis yang hakiki, ataukah malah sebaliknya: makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta? Menyimak masalah ini, ada baiknya kita memperhatikan imbauan Profesor Ace Partadiredja dalam pidato pengukuhannya selaku guru besar ilmu ekonomi di Universitas Gajah Mada, yang mengharapkan munculnya ilmu ekonomi yang tidak mengajarkan keserakahan?2)

...............................................................
1) Taufiq Ismail, Membaca Puisi, Taman Ismail Marzuki, 30-31 Januari 1980.
2) Kompas, 25 Mei 1981.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagi penulis, penggunaan catatan kaki ini sedikit lebih merepotkan dibandingkan dengan cara Harvard karena harus mengatur ruang pada bagian bawah halaman untuk tempat catatan kaki. Akan tetapi, bagi pembaca catatan kaki ini sangat memudahkan mengetahui sumber tanpa harus melihat daftar pustaka yang letaknya di bagian akhir buku.

Catatan kaki untuk buku dimulai dengan nama pengarang diikuti koma, judul buku (ditulis dengan huruf awal kapital dan dicetak tebal atau dicetak miring), nomor seri, jilid dan nomor cetakan (kalau ada), kota penerbit (diikuti titik dua), nama penerbit (diikuti koma), dan tahun penerbitan (ditulis dalam kurung dan diakhiri dengan titik).

Catatan kaki untuk artikel dan majalah dimulai dengan nama pengarang, judul artikel, nama majalah, nomor majalah jika ada, tanggal penerbitan, dan nomor halaman. Jika dari sumber yang sama dikutip lagi, pada catatan kaki ditulis ibid. (singkatan dari ibidum) yang artinya sama persis sumbernya dengan catatan kaki di atasnya. Jadi mirip dengan idem atau sda. Untuk sumber yang telah disisipi sumber lain, digunakan istilah op. cit. (singkatan dari opere citato). Untuk sumber dari majalah dan koran yang telah disisipi sumber lain digunakan istilah loc. cit. (singkatan dari loco citato).

Perhatikan contoh berikut!

.........................................................
2 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud, 1988), hal. 18.
3 Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif (Bandung: Sinar Baru, 1986), hal. 25
4 Ibid., hal. 15
5 Ratna Wilis Dahar, op.cit., hal. 17

Catatan kaki di atas menunjukkan bahwa sumber nomor 4 sama dengan sumber nomor 3. Sumber nomor 5 sama dengan nomor 2.

Selasa, 08 November 2011

Link Materi Bahasa Indonesia

http://www.ziddu.com/download/17236966/MateriBahasaIndonesia.zip.html

Klik aja, nanti tinggal ikuti petunjuk.
ada banyak materi dari situ, jangan lupa dibaca ya, semoga bermanfaat.
selamat belajar, semoga sukses.

Homonim, Homofon, Homograf


Homonim
Homonim adalah kata yang sama lafal dan ejaannya dengan kata yang lain tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber yang berbeda .
Contoh pasangan kata yang termasuk homonim:
a.
bisa
: dapat
bisa
: racun
b.
buku
: ruas
buku
: kitab
c.
salak
: nama buah
salak
: bunyi gonggongan anjing
c.
bulan
: waktu 30 hari
bulan
: nama satelit bumi
d.
genting
: gawat
genting
: benda penutup atap rumah
e.
malam
: nama waktu lawannya siang
malam
: nama zat bahan membatik

Homograf
Homograf adalah kata  yang sama ejaannya dengan kata yang lain tertapi beda lafal dan maknanya.
Contoh kata-kata yang termasuk homograf:
a.
apel (lafal e seperti pada teh)
: upacara
apel (lafal e seperti pada teman)
: nama buah
b.
seminar (lafal e seperti  pada teman)
: bersinar-sinar
seminar (lafal e seperti pada sate)
: pertemuan ilmiah

c.
teras (kayu) lafal e seperti pada tebu)
: inti kayu
teras (rumah) lafal e seperti pada sate
: bagian depan rumah   (beranda)


Homofon
Kata yang sama lafalnya dengan kata lain tetapi beda ejaan dan maknanya.
Contoh kata-kata yang termasuk homofon:
a.
sangsi
: ragu-ragu
sanksi
: hukuman
b.
bank
: tempat menanbung
 
c.
bang
hag
 hak
: panggilan untuk orang laki-laki
: hag (sepatu)
: hak (asasi)